Selamat Datang Di Blog ini Semoga Bermanfaat... Terima Kasih Kunjungannya

Kamu Suka ini?

PROFITISME DAN EKSISTENSI BANGSA

PROFITISME DAN EKSISTENSI BANGSA





‘’Pendeknya, mereka (baca: pihak oposisi –KS) perlu mempertanyakan arah dan soal hidup-mati (survival) kehidupan politik Singapura dalam kurun waktu dari lima hingga limapuluh tahun mendatang. Mereka perlu memarakkan pertanyaan berdasarkan skenario yang ada sekarang di mana segala-galanya dijuruskan ke arah laba (profit) semata: Apakah Singapura ini sebuah bangsa ataukah korporasi pemburu uang?”(Is Singapore a nation or a money making corporation?”) dan yang terakhir adalah pertanyaan:‘’Dari sudut pandang generasi muda, pada ujung hari, patutkah mereka merelakan hidup untuk membela Singapura?’’ Inilah pertanyaan-pertanyaan niscaya (the pertinent questions) yang patut dikemukakan’’. Demikian pertanyaan-pertanyaan sangat esensial yang dilontar oleh novelis Singapura kepada para politisi yang akan bersaing merebut tampuk kekuasaan melalui pemilu 7 Mei 2011 di Negara Kota itu.



Pertanyaan terakhir membuatku membayangkan Singapura negara makmur, teratur dengan hukum jelas tapi kemudian punah sebagai bangsa. Barangkali bayangan demikian karena pertanyaan kunci pertama: Adakah bangsa Singapura itu?Sebab yang jelas ada yaitu Negara Kota Singapura, negara kota dagang yang berprinsip seperti yang dituliskan oleh salah seorang novelisnya ’’segala-galanya dijuruskan kepada perolehan profit’’. Berpangkal dari orientasi demikian maka Singapura lebih merupakan sebuah korporasi pemburu profit, uang dan uang, semacam VOC di Hindia Belanda dulu. Yang disebut perangkat negara tidak lain dari perangkat korporiasi pemburu profit. Profit dan segala yang berhubungan dengan profit merupakan tatanan nilai dalam masyarakat. Dengan peroleh profit demi profit maka warga Kota Negara itu bisa membawa profit itu ke mana saja dan menetap di negara baru. Nasionalisme, bangsa tidak tidak berurusan dengan profit. Di negara baru yang kemudian mereka pilih sebagai tempat tinggal juga tidak didiami dengan rasa keterikatan sebagai bangsa. Ketika negara dan bangsa yang dipilih sebagai tempat tinggal baru, berada dalam keadaan terancam, mereka tidak merasa perlu untuk turut membelanya. Yang terpikir, bagaimana keadaan terancam bisa dimanfaatkan untuk memperoleh profit. Orientasi profit tidak memerlukan nasionalisme dan bangsa. Negara hanyalah semacam organisasi para pemilik uang. Untuk meraup profit segala cara dihalalkan. Manusia pun tidak dipandang sebagai manusia utuh tapi diturunkan menjadi komoditas. Karena itu novelis Singapura itu mengajukan pertanyaan: Apakah Singapura mau menjadi bangsa atau menjadi korporasi pemburu profit. Dari orientasi ini lahir sebuah kebudayaan unik, yaitu kebudayaan profit. Negara adalah alat para profiteurs agar maksimal meraup profit dan melindungi profit yg didpat..Kebangsaan tidak diperlukan. Oleh karena itu Singapura merupakan tempat berkumpul para profiteurs dari berbagai asal negeri, termasuk dari Indonesia. Karena didirikn dengan basis ideologi profitisme, maka yang ada adalah negara Singapura, tanpa eksistensi Bangsa Singapura. Jadi di Singpura tidak ada masalah eksis dn tidak eksisnya Bangsa Singapura. Mereka baru mempertanyakan: Singapura mau menjadi apa dan mau ke mana? Menjadi bangsa ataukah tetap menjadi profiteurs, korporator? Jawaban pertanyaan dan apa yang mereka pilih adalah urusan orag-orang Singpura sepenuhnya.



Yang menjadi pertanyaan bagiku: Apakah profitisme dengan segala manifestasinya, seperti KKN ketika menjadi nilai dominan di suatu negara akan melenyapkan suatu bangsa, secra spesifik Bangsa Indonesia? Menjadi nilai dominan artinya nilai itu mengisi otak dan hati, kemudian mewujudkan diri pada tindakan. Profitisme yang egoistik samasekali tidak mengindahkan kepentingan publik, bangsa dan negara. Singkatnya tidak acuh pada rangkaian nilai republikan dan berkeindonesiaan. Karena yang terpenting bagaimana ‘’aku dapat meraup profit semaksimal mungkin dengan cara apapun’’. Profitisme tidak acuh pada keselamatan dan kelangsungan eksistensi bangsa. Yang dikhawatirkan benar berdasarkan kasus Singapura, bahwa ketika profitisme ini dominan yng sekarang bernama Bangsa Indonesia akan punah , dan kepunahannya berawal dari dikuasainya hati dan kepala anak negeri ini oleh profitisme.



Apakah kekhawtiran punahnya Indonesia sebagai bangsa oleh profitisme ini suatu kekhawatiran imajiner? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan pertanyaan:Tidakkah Indonesia sekarang dililit oleh sungut gurita KKN yang kuat? Tidakkah Indonesia termasuk kategori negeri terkorup di dunia? Tidakkah di negeri ini berbagai mafia merjalela? Mafia Pengadilan, Mafia Kasus, Mafia Kasus, Mafia Pajak, Kolusi antara elite kekuasaan dengan Perusahaan Besar Swasta, dan lain-lain penyalahgunaan kekuasaan. Warganegara dan kekayaan alam tanahair dijadikan komoditas. Data-data di atas memperihatkan bahwa bangsa yang masih primordial ini profitisme bercokol kut di kepala dan hati para elite kekuasaan. Elit adalah kepala dari tubuh. Ikan busuk mulai dari kepalanya, bukan dari ekornya.



Elit yang busuk memerlukan posisi lemah warganegara; Dalam posisi lemah profitisme membuka jalan lapang ke kepala dan hati warganegara. Ketika warganegara dan elit didominasi oleh profitisme ini maka jalan kepunahan bangsa kian dekat. Apabila rakyat berbagai pulau mencari jalan pemerdekaan diri, pilihan terpaksa inipun akan memusnahkan eksistensi Indonesia sebagai bangsa. Mencari perekat lain untuk keragaman Indonesia seperti yang dilakukan oleh yang disebut Negara Islam Indonesia, tidak lain dari jalan sektarisme sia-sia untuk menyelamatkan eksistensi Bangsa. Sektarisme hanya membawa bangsa ke jalan buntu dan kehancuran sebelum punah.



Kalau sepakat untuk mencegah musnahnya Indonesia sebagai bangsa, jalan memperkuat posisi rakyat merupakan jalan terbaik dan mendasar. Jalan memperkuat posisi rakyat ini yang belum sungguh-sungguh ditempuh karena jalan berat tidak seperti pendekatan elitis yang umum dilakukan sekarang. Elitisme berujung dengan persekongkolan antar para elit berbagai kalangan.





Kusni Sulang, Anggota Lembaga Kebudayaan Dayak Kalimantan Tengah, Palangka Raya.

No Response to "PROFITISME DAN EKSISTENSI BANGSA"

Postingan Popular

KOMPAS News Regional

Berita Lingkungan Nasional

Lowongan Kerja di Kalimantan Tengah