Sejarah Desa Tumbang Topus
Thursday, September 20, 2012
Thomas Wanly
Desa Tumbang Topus adalah desa paling utara dan paling penghujung dari desa –desa di sungai Berito , terutama di Kabupaten Murung raya Provinsi Kalimantan Tengah.
Keberadaannya di perkirakan sudah ada sejak abad ke 3 masehi. Desa Tumbang Topus didirikan oleh orang-orang Dayak suku Punan yang di percaya dari keturunanan Nyai Bulan Jehad.waktu itu orng Dayak yang tinggal di hulu sungai Berito hidupnya berpindah-pindah, terpecah dalam beberapa suku yang berdiri sendiri-sendiri. Kadang satu sama lain saling bermusuhan .Rasa kesukuan yang menjadi pembakar semangat solidaritas dan di perkuat dengan ikatan jereh/ ikatan hubungan keluarga sedarah .selain Kampung orong Topus, perkampungan Orang Punan dulunya ada di Sungai Bura Kali Naga, Sungai Nahuang, Orong Tokan,Kalasin /Karamu, Tasang Butung, Takajung, Tumbang Molut, Sungai Towoh/Punan Towoh, Tanjung Belatung, dan Tino Tuhan (surat pengakuan wilayah adat Dayak Punan oleh Residen Belanda distrik Puruk Cahu Muara Teweh tahun 1927 dan 1933) (profil suku Dayak Punan Kalimantan Tengah).dalam SURAT PENETAPAN oleh ASSISTENT RESIDENT DER DOESOENLANDEN TANGGAL 27 JULI 1925 DAN RESIDENT DER ZUIDERER OOSTERAFDEELING VAN BORNEO TANGGAL 9 NOVEMBER 1933 DARI PEMERINTAH HINDIA BELANDA DI BANJARMASIN DISTRIK MOEROENG ,MUARA TEWEH;1933 untuk perwakilan Dayak Punan DITANDA TANGANI OLEH LAWEI BIN KAKAU
22 JULI 1969, SIDI BINDIH (ANAK SUKU PUNAN) MEMBUAT SURAT TANAH KETURUNAN DI WILAYAH DESA TOKAN DENGAN LUAS 75 KM PERSEGI,DARI KALASIN – TUJANG ,KECAMATAN SUMBER BERITO// yang di stempel dan diregetrasikan oleh CAMAT ROBOES DI KERTAS SEGEL 25 RUPIAH DAN MATERAI SEGEL 5 RUPIAH
Tumbang Topus, juga terkenal sebagai tempat pertempuran/peperangan antar suku, di mana sampai sekarang masih ada jalan setapak yang menjadi akses jalan darat oleh suku-suku Dayak Kenyah dan Bahau di kalimantan Timur /sungai Mahakam untuk menyerang suku-suku dayak di kalimantan Tengah (rohan *** Tagah Atoi keLong Tuyo, Rohan Tanah Bla dan puruk Batu Ayou)*** Rohan/ jalan yang menghubungkan hulu sungai Berito dengan sungai Mahakam)
Peperangan yang pernah di lakukan oleh dayak Punan di sungai Berito melawan Asang Hivan yang dilakukan oleh Hipui/Kepala Suku Dayak Bahau dan Kenyah di Mahakam, pertama-tama di Kampung Orong Tokan (hikayat Latap bersaudara) setelah itu di Orong Belatung antara Dayak Punan dengan Dayak Siang dari tanah Siang (hikayat Anyang ,Mrenk dari Dayak Punan dengan Kewo dan Lenjong dari suku Dayak siang didesa Tokung Tanah Siang )yang bertempur selama beberapa hari tidak ada yang kalah dan menang, dan setelah itu kedua Suku tersebut angkat saudara dan menghentikan pertempuran/peperangan sampai anak cucunya masa kini.dan dari ikatan persaudaraan tersebut mulai lah orang Punan mengenal agama Kaharingan. Dari perkembangan zaman setelah perjanjian damai hurung anoi yang di prakarsai oleh Damang Batu di abad ke 18 masehi,
Di Tumbang Topus sekitar tahun 1918 Masehi ketika itu masih terjadi kayau mangayau/memenggal kepala manusia, Tamanggung GEH d ari Tumbang topus memimpin Suku Punan dan Suku Siang untuk melawan asang dari Suku Bahau di Batu Ayau, karena perkampungan suku Dayak Punan Towoh/Toho (mentoboh) di sungai Mulut selalu di kayau oleh orang Bahau.
Setelah Geh Meninggal sekitar tahun 1921 Ajang mengantikan ayahnya Tamanggung GEH menjadi pemimpin suku dayak Punan yang bergelar Tamanggung. Selama pemimpinan Ajang orang Dayak Punan tetap di teror oleh orang dayak Bahau dari sungai Mahakam ,yang secara diam-diam mereka membunuh dan memotong kepala orang Punan yang sedang berburu dan menangkap ikan , satu persatu orang Punan hilang tak tahu rimbanya.
Akibat kejadian itu orang suku Punan terancam kelaparan , karena semua orang takut keluar rumah, karena kayau mengayau itu menghantui orang desa.
Akhirnya diketahui pembunuhan misterius itu dilakukan oleh Suku Dayak Bahau di Liang Haju, yang mana wilayah tersebut masih berada didalam kampung Topus.Peperangan pun terjadi dan dimenangkan oleh suku Dayak Punan, akhirnya Liang Haju yangg diduduki oleh Hivui Dayak Bahau diserahkan kembali kepada Tamanggung Ajang.Dalam penyerahan kembali wilayah tersebut mereka juga mengadakan upacara hakat pahari/angkat saudara (perjanjian damai untuk selamanya tidak akan melakukan permusuhan sampai keanak cucunya,tanda bukti perdamaian Suku dayak Bahau menyerahkan goa sarang burung walet di Liang Haju dan sebuah mandau, demikian juga Tamanggung Ajang menyerahkan garantung/gong kepada suku dayak Bahau.
Kejadian lain di tahun 2002 Goa sarang Burung walet di Batu Ayau yang berisi 300 kg,lokasi lain tempat penaggkaran walet alam milik desa Tumbang Topus pernah memicu persoalan kembali antara Dayak yang ada di kalimantan Tengah dengan orang dayak Bahau di kalimantan Timur, dalam penanganan kasus tersebut terjadi konsipirasi antara pejabat pemerintah dan ada indikasi dugaan dari keturunan Tamanggung Ajang menjual secara diam-diam kepada orang-orang dayak di Mahakam, yang mana saat itu terjadi kejadian yang hampir memantik api permusuhan kembali dimana orang dayak Punan khususnya warga desa Topus yang mau memanen di tuduh perampok/ninja oleh aparat kepolisian dan di tangkap dan dibawa ke Long Bagun, Ojoh Bilang dan oleh pengadilan negeri Tenggarong orang-orang Dayak Punan dari Tumbang Topus di kalahkan dengan alasan yang tidak jelas yang mana Lokasi Sarang Burung Walet tersebut dikatakan milik orang Kalimantan Timur padahal kenyataan di lapangan masih masuk wilayah desa Tumbang Topus atau masuk wilayah Kalimantan Tengah,, sampai sekarang goa walet tersebut telah sah dimiliki oleh suku dayak di Kalimantan Timur
Untuk rakyatnya Tamanggung Ajang mendirikan sebuah betang/ rumah panjang di tumbang Topus.Betang tersebut didirikan selain sebagai tempat tinggal Tamanggung Ajang dan keluarganya , juga untuk semua masyarakatnya juga berpungsi sebagai benteng dari serangan musuh. Karenanya disekeliling Betang dibuatlah Kuta/pagar atau tonggak kayu ulin yang di tancapkan di sekeliling betang, yang mana betang tersebut terkenal sebagai Kuta Matoi Tacin, sayangnya rumah betang tersebut di bongkar oleh orang belanda, dan menuduh betang sebagai tempat persembunyian orang-orangg yang melawan belanda.
Keluarga Tamanggung Ajang dari masa ke masa antara lain :
1. Tamanggung Juk di Kampung Takajung
2. Anyang dan Mreng di Tanjung Belatung
3. Nyaring Montong di kampung Tasang butung
4. Tamanggung Hojung di Bajoit /desa Tujang sekarang
5. Tamanggung Sawuh di Tumbang Kunyi
6. Pambakal Tawa di Kampung Bantoi di desa Laas Baru kecamatan Sumber Berito
KETURUNAN TAMANGGUNG AJANG
Di sungai Berito
1. Kampung Tumbang Topus
2. Kampung Tumbang Tujang ( keluaraga Ase Raba/ bapak imis)
3. Kampung Kalasin( keluarga Untung duar / bapak imoe)
4. Kampung Teluk Jolo
5. Desa Tumbang Kunyi
6. Desa Juking sopan
7. Desa Tahujan ontu
Disungai Mahakam
1. Desa Long bagun (keluarga besar Nanyan dan Adi)
2. Desa Batu Majang ( keluarga besar Bangkak dan Batu)
3. Desa Tumbang Ratah/Kayu Mas (keluarga besar Jihat)
4. Desa Danum Paroi disungai Ratah ( keluarga besar Takuan)
5. Desa Sungai Bua (ongko Limpak)
6. Desa Tukul ( Sahrun,Tinus dan Numan)
7. Desa Datah Bilang ( keluarga besar bapak Managi meninggal dunia 2012)
Posted in
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Postingan Popular
-
BERITA MEDIA PUBLIK: SEJARAH KALIMANTAN TENGAH : Media Publik - Kalimantan Tengah. adalah salah sebuah provinsi di Indonesia yang terleta...
-
MURUNG RAYA ADVENTURE: EXPEDISI KHATULISTIWA MEMORY : Hanya 37 Orang yang Lolos Seleksi Ritual Adat Menembus hutan belantara Gunung Bondan...
-
Mining the Heart of Borneo: coal production in Indonesia
No Response to "Sejarah Desa Tumbang Topus"
Post a Comment